Menopause Bisa Sebabkan Vagina Kering juga Infeksi Saluran Kencing, Gimana Cara Mencegahnya?

obatbatuginjalalami.my.id – Banyak perempuan merasa menopause memproduksi hidupnya seolah terhenti, yang mana hasilnya rentan stres lalu depresi. Apalagi jikalau telah menyebabkan vagina kering, kira-kira solusinya gimana ya?

Menopause adalah proses biologis yang digunakan terjadi pada semua perempuan, yang tersebut awalnya ditandai dengan perimenopause. Pada masa perimenopause, seseorang perempuan akan mengalami beberapa gejala, lalu gejala yang disebutkan termasuk vagina kering akan bertahan ataupun bertambah bahkan ketika menopause terjadi.

Dijelaskan Dokter Spesialis Obstetri dan juga Ginekologi Klinik Health 360, dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG kondisi pembaharuan fisik tajam pada perempuan menopause disebabkan penurunan hormon reproduksi yaitu estrogen. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit.

“Yang pertama, bahaya terbesar yang tersebut mereka hadapi pasca menopause sebenarnya adalah penyakit jantung. Alasan utamanya akibat salah satu tugas estrogen adalah membantu menjaga pembuluh darah masih fleksibel, sehingga berkontraksi kemudian melebar untuk mengakomodasi aliran darah. Begitu estrogen berkurang ketika menopause, fungsi ini pun akan menurun,” jelas dr. Yeni di rilis yang mana diterima suara.com, Selasa (5/12/2023).

Ilustrasi vagina kering dikarenakan menopause. (Shutterstock)
Ilustrasi vagina kering akibat menopause. (Shutterstock)

Selain penyakit jantung, beberapa penyakit yang tersebut risikonya semakin meningkat pada waktu menopause yaitu osteoporosis (sebelum menopause, tulang wanita dilindungi oleh estrogen sehingga fungsi ini akan hilang).

Lalu ada juga obesitas kare a menopause menyebabkan tubuh bertambah gemuk juga kehilangan massa jaringan tanpa lemak. Lalu Infeksi Saluran Kemih atau ISK, kondisi ini diakibatkan vagina kering kemudian tipis ketika menopause yang mana hasilnya menyebabkan bakteri tambahan mudah berkembang.

Terakhir yakni inkontinensia urin atau lapisan estrogen yang mana hilang pada lapisan kandung kemih menyebabkan otot vagina mengendur, yang dimaksud hasilnya keinginan buang air kecil lebih banyak rutin dan juga bukan bisa jadi ditahan.

Kalau sudah ada mengalami ini, maka akan sangat menganggu terlebih bagi perempuan lansia yang masih berpartisipasi bekerja atau berkegiatan. Inilah sebabnya dr. Yeni mengingatkan bukan meremehkan menopause lantaran mampu membahayakan. Khusus untuk vagina kering dan juga otot vagina kendur, dr. Yeni menyarankan sebelum menopause menjalani terapi hormon.

“Jika mengalami gejala serta efek yang berat sebelum, saat, lalu setelahnya menopause, tentu ada terapi yang dimaksud bisa jadi dilakukan. Misalnya terapi hormon, dalam mana terapi estrogen bisa saja jadi pilihan terapi paling efektif untuk meredakan hot flashes menopause juga memperbaiki beberapa fungsi tubuh. Penelitian terkini membuktikan bahwa penyembuhan hormon relatif aman bila diberikan topikal: melalui kulit, selaput lendir atau vagina,” kata dr. Yeni.

ilustrasi menopause yang tersebut dialami perempuan. (Shutterstock)
ilustrasi menopause sebabkan vagina kering. (Shutterstock)

Berikutnya ada juga terapi vaginal estrogen untuk mengatasi vagina kering, terapi antidepresan dosis rendah, gabapentin, clonidine, fezolitenant, dan juga perawatan yang tersebut berkaitan segera dengan gejala penyakit yang dimaksud muncul.

Terapi hormon untuk keluhan menopause merupakan terapi utama untuk menopause. Namun perlu dijalankan skrining terlebih dahulu, khususnya untuk mengetahui apakah ada peluang karsinoma atau tak dalam di tubuh.

Selain itu menopause juga sanggup menganggu kondisi tubuh mental perempuan seperti kurang percaya diri kemudian depresi sebab disebabkan kondisi fisik alami obesitas pada mana lingkar perut lebih lanjut dari 80 centimeter, siklus menstruasi yang bukan seperti biasa, vagina kering, semburan panas atau hot flashes, demam, keringat pada waktu malam hari serta gangguan tidur.

“Perubahan metabolisme, rambut rontok, kelenjar susu mengendur, tekanan darah meningkat, lemak darah serta gula darah meningkat, hingga akhinyra bisa saja mempengaruhi kondisi mental mereka,” bebernya.

Bahkan kata dr. Yeni gejala-gejala yang disebutkan bahkan terjadi beberapa tahun sebelum menopause lalu terus berlanjut bahkan setelahnya menstruasi berhenti1.

“Setiap perempuan biasanya menghadapi risiko unik berdasarkan genetika lalu faktor lainnya. Sehingga, sangat penting bagi perempuan untuk memahami cara melindungi diri dari meningkatnya risiko kemampuan fisik lain pasca menopause,” pungkas dr. Yeni.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *